Sabtu, 30 Juni 2012

Ikut Lomba Cerpen

Minggu-minggu kemaren, Fakultas ku (FIDKOM) lagi ngerayain Ultah nya nih.
Nah di beberapa susunan agendanya ternyata adala lomba cerpen, and lombanya menyangkut tentang ke-Indonesia-an, juga Impian gitu. I was Interested... yau sudah aku coba deh iseng-iseng ikut lombanya tanpa persiapan dan tanpa inspirasi sedikit pun. Akhirnya hari pengumumanpun tiba. Dan ternyata...
eng...ing...eng... aku kalah...!!!
Sedih sich, tapi tak apalah, mungkin belum waktunya hehehe...
dan ini dia cerpen yang aku lombain...



KAKEKKU PAHLAWANKU
(Oleh: Suci Kusmayanti)

“Kakek, aku terlambat lagi...!” teriak gadis kecil, berlarian dengan seragam merah putihnya.
“Kamu itu, memang orang Indonesia sejati hahaha...” canda kakeknya.
***
Mia. Gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Ayahnya tewas dalam kecelakaan lalu lintas ketika sedang bekerja sebagai supir taksi. Saat itu usia Mia baru menginjak 7 bulan dalam kandungan. Sedih, pastinya tapi ia tetap tumbuh menjadi gadis yang ceria, karena ada sosok baik hati yang menggantikan ayahnya, dia adalah kakeknya.
Kakek Mia yang sudah sangat lanjut usia itu dekat dengannya, ia adalah salah satu Veteran Pejuang Kemerdekaan dalam Perang Kemerdekaan pada tahun 1945-1949 dahulu kala. Walaupun sekarang ia tak segagah dulu, dan hanya seorang pengayuh becak, tapi Mia bangga pada kakek.
***
Pagi ini untuk kesekian kalinya Mia telat datang ke kelas, pastinya kakek harus mau mengayuh becaknya lebih cepat agar cucu satu-satunya itu bisa sampai tepat waktu ke sekolah. Dalam perjalanan menuju sekolahnya yang bertempat di sekitar Jakarta, Mia selalu saja banyak tanya tentang apa yang ia lihat di jalan yang ia lewati. Misalnya bertanya tentang lampu lalu lintas, tentang rambu, kenapa begini dan kenapa begitu. Ia gadis yang pintar.
Tak lama, Mia pun sampai ke sekolah, ia langsung melompat dari becak kakek dan terus memusatkan pandangannya kearah pintu gerbang sekolah yang siap untuk di tutup oleh pak satpam. Sambil berlari menuju gerbang, tak lupa Mia melambaikan tangan ke arah kakek di belakangnya.
“DADAH KAKEK...!!!” teriaknya. Kakek menanggapinya dengan senyum sembari melambaikan tangan kanannya ke arah cucunya yang mulai tak kelihatan, tertutup pintu gerbang sekolah.
***
Pagi ini gurunya mengajarkan materi tentang sejarah Indonesia dan ia ceritakan bagaimana kisah peperangan, mengenali pahlawan yang berjasa, dsb. Materi itu sengaja di pilih oleh gurunya karena beberapa hari lagi sekolah akan mengadakan acara “Aku Cinta Indonesia” tepat di hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 mei nanti. Dan pada acara itu akan ada lomba baca puisi ke Indonesia an.
Mia sangat antusias mendengar cerita itu, bahkan pelajaran itu tak terasa menurutnya. Saat mendengar kisah-kisah pahlawan, Mia merasa sangat kagum sekaligus bangga karena kakeknya juga adalah pahlawan. Tapi ia merasa aneh, kenapa nama kakeknya tidak ada dalam buku cetak IPS nya itu. Ia pun mulai beripikir.
***
Akhirnya tibalah jam pulang sekolah, Mia seperti biasa berlari menuju rumahnya dengan amat semangat. Sungguh anak yang penuh energi.
Sampai di rumah ia langsung menghampiri ibunya yang sedang berdagang ketoprak di depan rumahnya. Ia menyambut tangan ibu dan menyalaminya. Dengan senyum lebarnya yang memperlihatkan gigi ompongnya, Mia bertanya pada ibunya.
“Ibu, kakek Mia itu pahlawan yah??” tanya Mia, semangat.
“Iyah, kan kakek sering cerita sambil nyodorin baju seragam perangnya, masa Mia lupa...” tutur ibunya sembari mengelus rambut Mia yang diikat rapi dengan pita berwarna pink. Mendengar hal itu senyum Mia semakin lebar selebar hatinya saat itu. Ia berlari ke kamarnya dan mengambil buku tulis juga pensilnya dan menulis isi hatinya.
***
Entah ada apa dengan Mia akhir-akhir ini, ia sering meminta ijin pada kakek untuk melihat seragam perangnya, selalu minta di ceritakan ulang tentang pengalaman perangnya, dan hal lainnya yang menganehkan, membuat ibu dan kakeknya kebingungan. Apalagi setiap makan malam Mia selalu mengingatkan kakek dan ibunya agar hadir dan duduk di kursi paling depan saat acara sekolah nanti, karena Mia ingin mereka melihat dirinya tampil sebagai peserta lomba baca puisi.
Hingga akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Dengan semangat Mia melangkah menuju sekolah dengan di tuntun oleh ibunya. Hari ini adalah hari penting baginya. Bahkan ia memohon pada ibunya agar menyetrika ulang seragam merah putihnya, agar benar-benar terlihat rapi saat ia tampil nanti. Walau memang hari ini kakeknya tidak bisa berangkat bersama karena mengantar tetangganya ke Rumah Sakit.
***
Satu demi satu peserta terus tampil, semua orang tua dan wali mereka begitu bangga melihat anak mereka tampil. Kini giliran Mia untuk maju kedepan dan sampai detik ini kakek belum datang juga.
Mia sangat khawatir dan kecewa, kertas puisi yang ia tulis sudah mulai lecek karena di genggam terlalu kuat. Matanya mulai berkaca-kaca ketika melihat kursi paling depan yang ia sediakan untuk kakeknya masih kosong, hanya ada ibunya yang sedang tersenyum di sebelah kursi kosong itu. Puisi pun dimulai, ia berkata “Puisi ini Mia tulis buat kakek Mia, yang ampe skarang....” kata-katanya terhenti, nafasnya sesak, ia kecewa. “Buat kakek Mia yang ampe skarang belum datang... KAKEKKU PAHLAWANKU...!!!”.
***
 “Mia sayang kakek...!!!” kata terakhir dari puisinya. Lalu tepat saat Mia mengusap air mata kecewanya, tiba-tiba saja dari arah pintu utama, kakek datang dan memanggilnya.
Mia yang sedang kecewa, langsung turun dari panggung berlari menuju kursi ibunya dan menangis sembari mengeluh di pelukan sang ibu “Mia benci kakek bu...”.
Kakek  menghampiri Mia, menyodorkan sebuah permen lolipop dan berkata “Maafin kakek yah, kakek tahu pasti penampilan kamu bagus, jadi kakek bawain hadiah buat kamu”. Mia tergoda dengan permen kesukaannya itu, ia mulai tersenyum dan memeluk kakeknya.
***
Beberapa saat kemudian, pengumuman pemenang di mulai, semua peserta menjadi tegang. Panitia membacakan satu persatu nama pemenangnya secara acak, baik itu juara tingkat 1-3 maupun harapan 1-2.
“Pemenang pertama adalah...... Andy....!!!” prok...prok...prok.... Nama demi nama terus di sebut, tapi nama Mia belum juga keluar, hati Mia semakin ciut. Lalu tak di sangka.
“Dan yang terakhir, pemenang ke-3 adalah.... Mia........!!!” prok...prok...prok...
Mia langsung terperanjat kaget, senyumnya mulai merekah. Mia berbisik pada panitia, memohon sesuatu, panitia pun tersenyum dan mengiyakannya. Dengan lantang Mia membacakan puisi itu. “KAKEKKU PAHLAWANKU...!!!” teriak Mia.
“Aku punya kakek, kakekku sangat hebat, ia adalah pahlawanku, setiap aku telat ia selalu berjuang mengantarku ke sekolah, saat aku susah, kakek membantuku, saat Indonesiaku susah pun kakek membantunya pake seragam ijo yang penuh dengan gambar-gambar kecil (pangkat tentara), kakekku sangat kuat, walaupun tiap hari membawa becak, tapi kakek masih kuat gendong  aku, semua sayang kakek, ibu sayang kakek, Mia sayang banget sama kakek...” puisi pun selesai. Kakek yang mendengarnya mulai berkaca-kaca, begitu indah jasanya bisa dihargai dengan puisi sederhana. Ia terharu.
Kakek menghampirinya ke atas panggung, mendekapnya erat. Setelah itu Mia berdiri tegap dihadapan kakeknya dan berteriak. “BUAT KAKEK MIA, HORMAT.... GERAK...!!!!!!!!!!!!” berteriak dengan tegap dan sikap hormat. Begitu juga dengan para tamu undangan, yang ikut berdiri dan ikut memberi hormat pada kakek. Riuh suara tepuk tangan pun menggemakan seisi ruangan.
~TAMAT~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hai! Apa katamu?