Minggu, 25 Maret 2012

Cerpen asal jadi: si Perawan Tua

Tak terasa kini Manda sudah berusia dua puluh delapan tahun, jumlah usia yang sudah cukup matang bagi seorang wanita untuk bersuami. Namun, jangankan bersuami, untuk berpacaran saja tak mau. Sudah banyak kaum Adam yang jatuh cinta padanya karena ia memang cantik dan pintar tapi tetap saja Manda sang Hawa tidak menggubris cinta mereka, alasannya dua karena masih asyik dengan pekerjaannya sebagai dokter dan kuliah S3 nya.

Kekhawatiran keluarga kalau anak sulung itu menjadi perawan tua pun muncul, belum lagi jika melihat Sesi, adiknya yang sudah kebelet ingin menikah.
Walhasil, keluarga Manda pun melakukan perjodohan, yang mereka kira itu adalah cara yang ampuh. Awalnya Manda menolak tawaran itu dan mengancam kabur dari rumah, tapi setelah bernegosiasi alot akhirnya Manda menerimanya namun, dengan satu syarat, calonnya harus sesuai kriteria Manda.

***

Selang beberapa hari perjodohan itupun dimulai, rencananya malam ini Sesi akan memperkenalkannya dengan Dimas,
seorang kakak dari kekasihnya Sesi.
Tak lama kemudian Dimas pun datang ditemani oleh kekasih Sesi. Keluarga Manda dan Dimas pun saling mengobrol tentang perjodohan mereka, bahkan sesekali mama Manda memuji-muji wajah Dimas yang sebenarnya biasa saja, semua itu agar mereka bisa mengambil hati Dimas, yang sedari tadi terus saja diacuhkan oleh Manda.

Lama-kelamaan Manda merasa bosan, dan berbasa-basi ingin ke toilet, mamanya yang sedang kesal itu mengikuti dan menariknya ke dapur.
“Manda! Kamu ini kenapa sih? Dimas kan keren...,” ucap mamanya.
“Keren sih, tapi sayang ketuaan buat Manda, mah!” bisik Manda.
“Ya ampun Manda...?!” merasa kaget.
“Aku gak mau kalo calonnya gak sesuai kriteria, mah! Skarang Manda mau tidur dulu, soalnya besok masuk kerja,” berkata sembari ngeloyor pergi.
Paginya, Sesi menangis bombay karena semalam Manda, kakaknya sudah mempermalukan dia di depan kakak kekasihnya.
“Hiks hiks..., ” isak Sesi.
“Udah lah dek, masalah kecil juga..., ” sahut Manda.
“Ugh..., kakak emang gak pernah ngerti rasanya dimalu-maluin di depan pacar, dasar perawan tua...!!!”dengan nada sewot.
Manda terus saja sarapan dengan tenang sembari mendengarkan musik mp3 di ponselnya, tanpa menggubris Sesi. Dan bahkan pada saat sedang bekerja di Rumah Sakit pun ia bekerja dengan baik dan tak sedikitpun terlihat ada masalah semalam.
Tapi setelah Rendi, partner kerja sekaligus sahabatnya di kampus datang menghampirinya, secara refleks ia mengeluarkan kata-kata curhatnya.
“Pagi Man!!”sahut Rendi.
“Rendi...?! Tahu gak apa yang terjadi semalem, kesel banget aku Ren...”.
Manda pun curhat pada Rendi si pendengar setianya seperti biasa.

***

Di malam perjodohan kedua, Manda dipertemukan dengan Rudi, anak dari teman bisnis papanya. Tapi ia tetap acuh, dan lagi-lagi dapat omelan mama papanya.
“Apalagi yang kurang dari Rudi, dia itu kan tampan, tajir, baik lagi...??!!” omel papa.
“It’s ok, Rudi itu tampan, tajir, dan baik, tapi pah dia itu brondong buat aku, dia 24 tahun sedangkan aku 28 tahun...,” jelasnya.
Manda masuk ke kamarnya dengan sedikit kesal. Ia ambil ponselnya dan langsung menelpon Rendi, sahabat curhatnya.
Dua jam kemudian telpon ditutup, Manda langsung rebahan di ranjang, ia bergumam “Skali-kali kek, calonnya kayak Rendi, hu...h”.
Paginya, papa mondar-mandir kebingungan, hari ini ia ada meeting dengan ayahnya Rudi, karena kejadian semalam yang mengecewakan, papa pun jadi enggan pergi ke kantor.
Manda hanya bisa melihat, sembari menyantap roti isinya dengan santai walau, sebenarnya Manda kesal dan kasihan pada papa dan keluarganya. Untuk menuangkan rasa kesalnya, Manda hanya bisa curhat pada Rendi, seperti yang ia lakukan saat ini di kafe dekat kampusnya.
“Kira-kira siapa calon brikutnya?” tanya Rendi.
“Gak tahu siapa, ku harap itu yang trakhir...”.

***

Satu minggu kemudian, seperti biasa Manda sudah siap duduk termenung di ruang tamu, menunggu calonnya datang. Dan selang beberapa menit, tak disangka Rendi datang.
“Rendi? Kamu kok ada di sini?” dengan nada aneh.
“Hehehe ya iyalah, aku kan tamunya...,” sahut Rendi santai.
“Apa! Kamu...?!!”.
Seketika itu pula nafas Manda terhenti sejenak, Rendi menghampirinya, dengan sigap Manda berdiri dan berlari menuju kamarnya. Rendi dan keluarga Manda pun merasa aneh.
“Apa itu artinya ditolak yah?!” tanya Rendi kepada keluarga Manda.
Keluarganya hanya bisa menggelengkan kepala, masih merasa aneh. Sedangkan di dalam kamar Manda, terjadi kegaduhan mendadak, karena Manda sedang berjingkrak-jingkrak sembari menahan tawa.
Karena mereka penasaran akhirnya mereka hampiri kamarnya dan ketika ingin mengetuk pintu kamar,  mereka pun mendengar perkataan Manda.
“Yes!!! Akhirnya aku ketemu juga sama calon yang aku harapkan selama ini yes hehehe akhirnya...!!!” berkata Manda dengan penuh bahagia.
Sedangkan orang-orang yang berada di balik pintu kamar, spontan memberikan selamat pada Rendi dan menyalaminya satu persatu, seakan mengerti apa yang terjadi.
“Hwahaha..., akhirnya Manda menikah juga, slamat ya nak Rendi...,” ujar papa.
“Hore..., Sesi jadi makin cepet kawin nih, makasih ya kak Rendi..., kakak emang pahlawan buat kita, thanks banget...!!” sambung Sesi.
Semua terus memeluk Rendi tanpa henti, karena saking bahagianya.
Tak mau membuang waktu lagi, setelah tiga bulan Rendi dan Manda pun menikah. Kini tidak ada lagi julukan si Perawan Tua di rumah Manda. Karena si Perawan Tua sekarang sudah menjadi si Pengantin Baru.

                                                                                                                                            07 Januari 2011
                                                                                                                                        Sawangan, Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hai! Apa katamu?